Sunday, 22 March 2015

Kupu-Kupu Di Balik Selendang

bila datang malam menjemput senja
kembali di pasang topeng pada wajah siluman
dicalit mawar merah dibibir basah
pasti membangkit ghairah mata2 lagenda celaka
mengintai dari retak jendela
cengkerik juga ikut bicara bahasanya
mungkin saja menikmati acaranya
seakan punya perasaan
memerhati kupu2 mencari persinggahan

bulan tumpahkan cahaya di lorong hitam
lampu neon belum bisa nyala
jari bergerak meraba tembok dunia
anjing menggonggong penuh penghormatan
mendongak ke awan tunjuk kekuatan
lantaran sapaan kupu2 di jalanan
dilontarkan cerita pada bintang

lahir nafsu memulakan rencana harian
tersulam cerita permulaan cacian
lambaian manja si manusia jadian
dalam carian lakonan wayang
menari dijalan saksi kemaksiatan
apakah ini semata wayang ?
tidak dihiraukan laluan usang penyair jalanan
bila bertemu pasangan tanpa kenalan
tikus juga lari sembunyikan taring ketakutan dalam gelapnya malam
melihat pelakon dunia kejam
apakah mereka tidak merasakan
andai dunia bisa mengatakan
pasti ia memuntahkan semua cacian
percuma...... hanya bisa menyaksikan jijiknya wayang
hingga siang menjemput subuh pulang
kupu2 kembali tidak bertuan
hanya payung menutup pandangan
menanti datangnya malam di balik selendang


No comments:

Post a Comment

Lapisan Rindu

  Lapisan Rindu Dari senyum dan mata Suara dan sentuhan Mengupas lapisan rindu Satu satu satu Berat Tuhan rasa ini Dia dalam hati Janji dike...