Thursday, 2 April 2015

Bapa

Nyamuk terbang hinggap di tangan
dengan buas menghisap darah manisku
mematikan lamunanku
Huh ~~~ (keluhan nafas yg panjang)
Perasaanku berlayar ke suatu masa lalu yg begitu aku rindukan
Rumah kayu atas bukit cat biru
Menggenggam nostalgia yang mahu sekali aku ulang
Pohon jambu batu di tepinya jamban buruk
Pernah mengoyak kulit kakiku kerana kenakalanku....
Kepala dan mataku dengan tajam memandang ke tanah
Warna wajah dari coklat bertukar kemerahan
Telingaku panas disiram bahasa dari hati yang baru memuntahkan bara api
Tubuhku jadi batu pepatung di tengahnya sawah padi
Tidak bergerak ... Kaki terkunci utk berlari...cuma berdiri di depan gergasi yang begitu kasih
Pada saat air liur tersembur dari bahasa 
Airmataku jatuh perlahan kemudian deras bagai hujan
Aku tidak punya keberanian menatap dua bola mata merah garang
Apalagi mengeluarkan bahasa pertahanan utk membela aku yang salah
Dan kali ini bgtu kecil diriku...layaknya berkawan dengan semut...
Dengan cepat aku berlutut memeluk kaki bapaku
Bahuku terhenjut mengikut rentak tangisku
Mohon tidak dileteri lagi
Semakin perlahan suaranya
Tangannya meraba perlahan rambutku 
Menarik aku bangun dan lantas melambung aku ke bahunya dan 
aku bertaut dengan gembira di rengek
Bapa...
Aku rindu waktu kecilku yg ku habiskan di bahumu
Yang menjadi mata-mata mama yg mengekor kemana saja bapa pergi
Aku rindu wajah bengis pada ketika rekod sekolahku muntah darah merah
Aku rindu meminta-minta yg pasti dengan berat kau sediakan dan sembunyikan keperitan hidup 
Tidak pernah sekalipun kau menidakkan kemahuan kami anak-anakmu
Aku rindu pada saat aku mencium tangan kasar usai solat bersama
Tidak bisa aku tuliskan setiap kerinduan yg betapa aku pendam
Setiap doa ada airmata yg aku kirimkan moga saja bisa menyampaikan rindu ku pada sosok tua sepi
Setiap langkah mendaki dunia pasti kata-katamu bapa yg selalu menjadi benteng pertahanan hati utk lebih kuat meski kadang aku lemah merayu 
Laut china selatan memisahkan jasad dua negeri yg merindu
Betapa rindu itu menggebu-gebu di segenap ruang biru
Bapa aku rindu


No comments:

Post a Comment

Lapisan Rindu

  Lapisan Rindu Dari senyum dan mata Suara dan sentuhan Mengupas lapisan rindu Satu satu satu Berat Tuhan rasa ini Dia dalam hati Janji dike...